top of page
Writer's pictureceritalanaa

Saat Uciy Salah Makan

Updated: Dec 19, 2020


Hari ini hari Sabtu, seperti biasa, sejak pagi Mala sudah berada di depan televisi bersama Uciy, kucing oranye kesayangannya. Pagi ini animasi kesayangan Mala akan main tepat pukul tujuh. Karena itu, dia sudah mandi sejak pukul enam, supaya fokus menonton dan tidak lagi diminta mandi oleh ibu saat film sudah dimulai.


“Bantal sudah siap, botol air juga sudah ada, waktunya kita nonton ciy,” ucap Mala kepada Uciy


“Meooong,” sahut Uciy sambil mengangguk.


“Kucing baik,” sahut Mala lagi, Mala memang sudah paham betul maksud dari tanggapan Uciy.


Meskipun sudah mandi dan siap dengan air minum untuk menonton, ternyata Mala lupa kalau dia belum sarapan. Sarapan itu hukumnya wajib bagi anak-anak Ibu. Jadi, Mala tetap harus sarapan meskipun ini hari libur.


Saat tengah asik menonton, tiba-tiba Ibu memanggil dari dapur. “Mala, Mala…” ucap Ibu.


“Iya bu, aku sudah mandi kok,” jawabnya membela diri, karena Mala pikir ibunya akan menyuruh dia untuk mandi.


“Mala, bukan itu,” sahut Ibu lagi.


“Air minum? Aku sudah siapkan bu, satu hari aku harus minum delapan gelas kan, dan setidaknya selama menonton aku sudah siapkan dua gelas,” sahutnya lagi.


“Bukan itu Mala, Ibu belum selesai bicara,” lanjut Ibu.


Mala bingung dan langsung menegakkan duduknya. Melihat dirinya lalu memandang Uciy. Uciy hanya menggeleng dan diam.


“Kamu belum sarapan, sarapan dulu, setelah itu boleh kembali menonton,” ucap ibu sambil mengangkat piring sarapan Mala


Dengan lesu Mala berjalan ke meja makan, dalam hati dia berkata “kenapa aku lupa sarapan, kalau begini, aku akan ketinggalan menonton” dan menarik nafas panjang.


Sampai di meja makan, dia tidak sendiri. Uciy sudah duduk tepat di sampingnya. Melihat semangkuk nasi dan tumis brokoli yang masih berasap. Uciy membuka sedikit-sedikit mulutnya, memberi tanda bahwa dia lapar juga.


Mala tidak menyadari kalau Uciy sudah siap untuk membantunya menghabiskan makanan. Dia hanya berpikir untuk segera menghabiskan makanan itu dan kembali menonton.


“Meong…meong…meong…” ucap Uciy kepada Mala.


“Kamu mau?” tanya Mala, saat Uciy mengeong tiga kali, itu berarti dia lapar.


Uciy mengangguk. Saat itu karena Mala ingin segera menonton kembali dan tidak mau lama-lama di meja makan, akhirnya dia setuju untuk membagi makanannya dengan Uciy.




“Boleh ciy, kamu bantu aku habiskan ya, kita kerja sama, supaya bisa cepat kembali menonton,” ucap Mala semangat.


“Meooong…” sahut Uciy.


Mala pun mengambil mangkuk milik Uciy dan membagi tumis brokolinya menjadi dua. Dia sangat semangat membaginya, lalu meletakkan mangkuk tersebut di dekat kakinya dan meminta Uciy untuk mulai makan.


Uciy langsung melompat dan mulai memakannya. Mala tahu Uciy suka brokoli, untuk itu dia memberi Uciy porsi lebih banyak.


Setelah semua selesai, Mala langsung membereskan alat makan miliknya dan kembali menonton. Uciy pun langsung berlari mengikutinya. Mala mengambil bantal lalu bersandar di sofa. Uciy melompat ke bantal lalu mulai menggaruk tubuhnya dan bersantai.


Tak lama kemudian, Uciy tiba-tiba melompat dan berlari. Mala kaget dan memanggil Uciy, tapi kali ini Uciy tidak menoleh. Namun karena animasi belum selesai, jadi Mala lebih memilih untuk kembali menonton.


Dua jam setelah Uciy berlari, animasi tontonan Mala selesai. Ia pun mulai mencari Uciy dan ingin mengajaknya bermain. Saat melihat ke kandang, Uciy tidak ada, di kamar Mala pun Uciy tidak ada. Saat tengah mencari, tiba-tiba terdengar suara.


“Aduh, apa ini, Ibuuu, Malaaa,” suara dari pintu depan terdengar sedikit berteriak. Ibu dan Mala langsung mencari suara tersebut, ternyata itu suara Bang Dana.


“Kenapa teriak-teriak bang, harusnya ucapkan salam dulu saat masuk,” ujar Ibu.


“Ini bu,” ucap Bang Dana sambil menunjuk telapak kakinya.


“Ihhh, abang jorok, itu apa, bau di kaki abang,” tanya Mala.


“Ini seperti kotoran kucing,” ucap Ibu.


“Tapi Uciy kalau buang air di kotak pasir bu,” kata Mala tidak yakin kalau itu adalah kotoran Uciy.


“Tapi, siapa lagi kalau bukan Uciy Mal? Kita tidak memelihara hewan lain di rumah,” ucap Bang Dana yang langsung berjalan sambil melompat dengan satu kaki menuju keran air dekat pintu belakang.



Mala mulai diam, dia berpikir, mana mungkin Uciy buang air sembarangan. Uciy juga sehat-sehat saja dari tadi pagi.


“Duuuk” tiba-tiba Bang Dana menendang sesuatu di dekat kaki meja makan. Saat dilihatnya, ternyata ia tak sengaja menendang mangkuk yang masih berisi sepotong brokoli.


“Mala, kamu lupa merapihkan alat makan ya?” tanya Bang Dana.


“Aku sudah merapihkannya,” sahut Mala sambil berlari ke arah meja makan.


“Lalu itu mangkuk siapa?” tanya Bang Dana lagi sambil menunjuk mangkuk yang tidak sengaja ditendangnya.


Mala diam, ia bingung mau menjawab apa. Ibu mendengar suara di meja makan langsung menghampiri.


“I i itu bekas makan Uciy,” jawab Mala pelan.


“Kamu kasih makan Uciy tumis brokoli?” timpal Bang Dana. Mala pun hanya mengangguk diam.


“Berarti, kotoran yang tadi diinjak Bang Dana itu kotoran Uciy. Uciy diare,” ucap Ibu.

“Uciy sehat kok bu,” jawab Mala lagi.


“Mala, kamu tadi kasih makan Uciy semangkuk brokoli yang ditumis pakai bawang, makanan itu bisa membuat Uciy diare,” sahut Bang Dana.


“Kata abang, Uciy boleh makan brokoli, biasanya juga kita kasih Uciy brokoli,” lanjut Mala ragu.


“Iya, Uciy boleh makan brokoli, tapi brokoli mentah, bukan yang sudah dimasak, apalagi dimasak pakai bawang. Bawang itu bisa berbahaya untuk pencernaan kucing dan membuat kucing diare. Sepertinya Uciy sekarang sakit dan lemas karena dia diare,” jelas Bang Dana. Mala hanya diam.


Tiba-tiba, saat semua diam, terdengar suara dari balik pintu dapur, “Meooooong…Meooooong,”


Mala, Ibu dan Bang Dana langsung membuka pintu, mereka menemukan Uciy di sana dengan ekspresi lemas dan lesu.


“Mala, ibu tahu kamu mau berbagi makanan dengan Uciy, tapi tidak semua makanan bisa kita bagi, Uciy dan Mala butuh makanan yang berbeda, makanan Mala ibu masak sampai matang, sedangkan makanan Uciy cukup daging dan sayur segar. Setelah ini, kamu temani ibu ke dokter ya, kita periksa dan obati Uciy,” kata ibu.


“Baik bu,” ucap Mala dengan lemas dan merasa bersalah.


Recent Posts

See All

Comments


bottom of page