top of page
Writer's pictureceritalanaa

Garis Kuning di Trotoar adalah Tanda Penting


Minggu pagi, adalah waktu di mana aku dan keluarga akan jalan santai. Menikmati hari libur sambil berolah raga. Biasanya kami akan pergi ke lapangan depan Kantor Gubernur. Ibu dan ayah akan berlari santai, sedangkan aku dan adik akan main sepatu roda.


Sebetulnya waktu yang aku tunggu di Minggu pagi bukan hanya bermain sepatu roda, tapi juga sarapan bubur setelah olahraga. Kami sekeluarga punya langganan, namanya Bubur Kang Dedi. Gerobaknya cokelat dan ada di trotoar jalan.


“Kakak buburnya lengkap?” tanya ibu kepadaku.


“Aku gak mau pakai kacang kedelai bu, oh ya daun seledrinya juga sedikit aja,” ucapku.


“Kalau adek?” tanya ibu lagi.


“Aku gak mau pakai semuanya,” ucap Zidan.


“Haaah, kamu gak mau makan bubur maksudnya?” tanyaku ke Zidan.


“Aku mau, tapi cuma bubur, kecap dan kerupuk aja,” jawabnya lagi sambil memainkan robot mobil yang dibawanya dari rumah.


Tak lama setelah itu, bubur yang kami pesan datang. Ayah, ibu, aku dan Zidan mulai makan. Saat sedang makan, tiba-tiba sendokku jatuh ke kolong meja. Aku pun menunduk dan mengambil sendoknya.


Saat sedang mengambil sendok, aku melihat garis kuning tepat di bawah meja. Aku tengok ke kanan, ternyata garisnya panjang, aku tengok ke kiri juga begitu. Di atas garis itu ada gerobak-gerobak dan meja makan para pedagang.


Aku terus memperhatikannya, jangan-jangan garis ini adalah zona jualan. Penjual harus meletakkan gerobaknya di atas garis supaya lurus dan rapih. Sejajar dengan pedagang lainnya.


“Kak, ngapain di kolong meja?” tanya ibu tiba-tiba mengagetkan dan buat aku kejeduk.


“Gak kok bu, tadi sendokku jatuh, jadi aku ambil,” ucapku sambil mengusap kepala karena kesakitan.


“Kalau gitu, ganti sendok yang baru, itu sudah kotor,” kata ibu.


“Iya bu,” jawabku.


Aku pun melanjutkan makanku, cukup lama, sekitar 15 menit setelah itu buburku baru habis. Karena banyak orang yang mau makan juga, akhirnya setelah makan ayah dan ibu langsung mengajakku beranjak dari meja Kang Dedi.


Kami pun memilih untuk berjalan-jalan di sekitar trotoar. Aku berjalan sambil terus meihat ke garis kuning yang ada. Ternyata sepanjang trotoar memang ada, berarti trotoar ini bisa diisi oleh banyak pedagang, pikirku.


“Ayah, di trotoar ini bisa diisi banyak pedagang ya?” tanyaku.


“Iya, tapi di Minggu pagi saja, selain itu tidak boleh ada pedagang yang berjualan, karena fungsi trotoar untuk jalan,” jawab ayah.


Tapi kenapa garis kuning itu dipasang permanen kalau hanya dipakai di Minggu pagi. Sambil jalan aku terus berpikir. Namun tiba-tiba aku berhenti karena menemukan motif berbeda dari garis kuning yang aku lihat sebelumnya. Kalau tadi bermotif lurus, sekarang bermotif bulat. Kenapa beda?


“Ayah, kenapa motif garis kuning ini beda? Di sana garis, di sini bulat,” tanyaku lagi.


“Oh, itu karena berbeda arti,” ucap ayah.


“Memang arti garis kuning ini apa?” tanyaku lagi.


“Ini namanya guiding block atau blok pemandu. Sengaja dibuat untuk teman-teman disabilitas, khususnya teman-teman disabilitas netra. Motif lurus menunjukkan mereka untuk jalan, sedangkan motif bulat dibuat untuk memberi tanda ke mereka untuk berhenti,” ucap ayah.


Aku mulai memperhatikan lagi, dan mulai paham. Pantas yang lebih panjang yang motif lurus, sedangkan yang motif bulat hanya ada di ujung-ujung jalan atau sebelum tempat penyebarangan.


“Kalau ini buat teman-teman disabilitas netra jalan, berarti tidak boleh ditutup dong, tapi pagi ini semua tandanya tertutup gerobak,” tanyaku bingung.


Belum sempat ayah menjawab, tiba-tiba terdengar suara jedukan dan jatuh. Aku langsung menoleh ke arah suara itu, dan ternyata, seorang teman disabilitas netra baru saja menabrak gerobak kupat tahu yang ada di atas tanda kuning.


Ia berjalan mengikuti motif garis pemandu. Motifnya lurus dan menandakan ada jalan, tapi sayangnya jalan itu ditutup oleh pedagang, akhirnya dia menabraknya.


“Sebetulnya itu tidak boleh, kakak bisa lihat kan apa yang terjadi kalau garis pemandu itu ditutup pedagang?” tanya ayah balik kepadaku.


“Hmm, iya yah,” jawabku mantap dan mulai mengerti maksud garis kuning di sepanjang trotoar jalan.

Recent Posts

See All

댓글


bottom of page