top of page
Writer's pictureceritalanaa

Berharap Undian


Pintu mobil box minuman jeruk “Oyen” baru saja ditutup. Lebih dari sepuluh kardus diturunkan dari mobil tersebut ke warung Bu Iim. Minuman Oyen memang jadi favorit anak-anak saat ini. Selain harganya murah, Oyen juga sedang mengadakan undian gosok berhadiah. Setiap gelas Oyen ada kotak yang bisa digosok, di sana ada tulisan hadiah kalau beruntung.


Beberapa hari yang lalu, Abang Siomay yang lewat warung Bu Iim baru saja ketiban rezeki kaget. Namanya Bang Ade, ia memang biasa berhenti dan menunggu pembeli di depan warung Bu Iim. Hari itu, Bang Ade beli Oyen, padahal biasanya ia membeli kogopigi alias minuman kopi. Namun, ketidakbiasaan itu justru membuatnya beruntung, ia mendapat uang satu juta rupiah.


Setelah mendapat uang itu, Bang Ade teriak dan loncat kegirangan. Teriakan itu membuat anak-anak yang lagi main bola di lapangan samping warung Bu Iim berhenti dan lari menuju Bang Ade. Mereka penasaran, kenapa tiba-tiba Bang Ade teriak.


“Ada apaan bang, kenapa tiba-tiba teriak?” tanya Rizki.


“Cari perhatian aja nih bang Ade biar dibeli siomaynya,” sahut Akbar.


“Ini… ini… sini pada lihat!” seru Bang Ade tidak jelas.


“Ada binatang dalam gelas Oyen?” tanya Zaki.


“Bukan, sini dulu makanya lihat!” sahut Bang Ade lagi. Anak-anak pun makin penasarn dan mulai mendekat. Semakin dekat, semakin dekat, dan tiba-tiba semua teriak bersama, sampai ibu-ibu yang lagi mengobrol dan menemani anaknya bermain odong-odong saja terkaget-kaget.


“Beneran nih bang?” tanya Akbar penasaran.


“Coba bang, tanya dulu ke Bu Iim, siapa tahu itu udah enggak berlaku,” sahut Rizki. Kemudian Bang Ade pun lari ke warung Bu Iim dan menanyakan kebenaran undian itu. Tak lama ia kembali lagi mengambil gawainya di laci gerobak, dan kembali ke warung Bu Iim. Setelah itu, ia kembali lagi, kali ini lebih tenang tapi tertawa sendiri.


“Gimana bang?” tanya Zaki.


“Saya, beneran dapat uang satu juta,” jawab Bang Ade. Anak-anak yang mendengar jawaban Bang Ade bukannya memberi selamat tapi malah langsung lari ke warung Bu Iim. Larinya sangat cepat, seperti lomba tujuh belasan. Seketika gerobak Bang Ade tidak kelihatan, karena tertutup abu tanah lapangan yang terbang karena gesekan lari anak-anak yang terlalu kencang.


Semua berebut menghampiri kulkas Bu Iim, semua mau beli Oyen, karena berharap bisa mendapat hadiah seperti Bang Ade. Karena rebutan, kulkas Bu Iim hampir rubuh, dan Bu Iim teriak meminta anak-anak antri.


Rizki pegang tiga, Akbar pegang dua, tapi Zaki hanya pegang satu. Mereka kemudian kembali ke lapangan dan mulai menggosok kotak hadiah. Gosokan pertama milik Akbar memunculkan tulisan “Belum Beruntung”, begitu juga dengan Rizki, dan ternyata Zaki juga begitu.


Zaki memasang muka sedih, tapi tidak dengan Rizki dan Akbar, mereka masih punya gelas lain. Keduanya masih berbinar dan sekuat tenaga menggosok kotak undian. Namun ternyata tulisannya sama “Belum Beruntung”. “Yah, yang ini juga belum beruntung, sudah habis gelasku,” ujar Akbar.


“Aku sih masih punya satu lagi,” jawab Rizki. Ia pun kemudian menggosoknya dan teriak.


“Kenapa-kenapa? Kamu dapat?” tanya Zaki langsung menyodorkan kepalanya sepuluh centimeter di depan wajah Rizki.


“Ini, lihat,” ucap Rizki antusias, ia memperlihatkan angka satu dan nol di kotak gosok Oyen miliknya.


“Wah wah wah, lanjut ki,” ucap Zaki terkejut dan penasaran. Rizki pun semakin semangat menggosoknya, sampai plastic penutup gelas Oyennya hapir robek. Setelah semua bagian kotaknya tergosok, ia pun menghela nafas panjang. Ternyata, yang ia dapatkan adalah 1.000 rupiah, bukan satu juta seperti Bang Ade. Akbar dan Zaki pun tertawa melihat wajah Rizki yang kecewa.


“Sudah ki, nanti kita beli lagi,” ucap Akbar.


“Rizki pun meminum satu gelas lalu memberikan dua gelas lainnya ke anak-anak yang main bola, katanya dia tidak mau sisanya yang tidak berhadiah. Setelah minum, ia kemudian ke warung Bu Iim dan memberikan gelas itu.


“Mau ditukar uang atau untuk beli Oyen lagi?” tanya Bu Iim. Mendengar pertanyaan itu, Rizki langsung mengambil segelas Oyen dan menunjukannya ke Bu Iim. Ia pun berlari ke arah temannya dan menunjukan gelas Oyen yang baru. Saat digosok, ternyata ia dapat hadiah lagi, tapi kali ini tulisannya “Satu Gelas Oyen”


“Keren ki, aku masih punya seribu, beli Oyen lagi deh, tapi kamu yang ambil ya?” ucap Akbar.


“Hah? Kenapa?” tanya Zaki bingung.


“Sepertinya tanganmu tangan m=beruntung, sudah dua kali kamu dapat hadiah,” jawab Akbar. Rizki pun mengiyakan.


Mereka bertiga dan anak-anak lain keesokan harinya mulai memenuhi warung Bu Iim. Semuanya ingin mendapat untung yang sama dengan Bang Ade. Hal itu pun terus erlanjut selama lebih dari satu minggu. Akibatnya, mobil box Oyen sekarang datang dua har I sekali ke warung Bu Iim untuk mengantarkan barang. Bu Iim pun akhirnya membeli kulkas baru yang hanya diisi Oyen.


Sebagian besar Oyen yang dibeli anak-anak bertuliskan “Belum Beruntung”. Rizki sebagai pembeli setia yang membeli lebih dari lima gelas sehari sempat mendapat 10.000 dari Oyen, sedangkan Akbar hanya mendapat satu gelas Oyen gratis. Zaki, tidak sekalipun dapat, tapi dia memang hanya membeli satu gelas setiap hari.


“Bu, aku mau minta uang tambahan dong, uhuk…uhuk,” kata Zaki sambil terbatuk kepada ibunya.


“Uang tambahan untuk apa?” tany ibu.


“Aku mau beli Oyen lebih dari dua gelas, siapa tahu dapat hadiah besar, uhuk..uhuk..” jawab Zaki.


“Beli Oyen lebih banyak, jadi beberapa hari ini sampah Oyen di samping rumah itu milik kamu semua, kamu setiap hari beli Oyen? Tanya ibu.


“Iya bu, uhuk…uhuk…uhuk…” jawab Zaki.


“Ibu enggak mau kasih,” tanggap ibu singkat.


“Ibu, kenapa? Rizki aja setelah beli lima gelas setiap hari, akhirnya dapat 10.000, bisa untuk ditabung uangnya,” jawab Zaki.


“Kamu, satu gelas sehari saja sudah batuk, bagaimana lebih dari lima. Terus, kamu juga sudah mengumpulkan banyak sekali gelas plastik. Padahal, biasanya kamu juga yang mengingatkan ibu untuk tidak banyak membeli barang yang menghasilkan sampah plastik,” timpal ibu panjang.


Zaki hanya terdiam.


“Kalau kamu mau punya tabungan kayak Rizki, lebih baik uang untuk beli Oyen kamu tabung, sepuluh hari tidak beli Oyen, kamu juga akan punya 10.000,” jelas ibu.

Belum sempat Zaki menanggapi, ibu sudah bicara lagi. “Lagipula, selain membuang uang, kamu juga akan menyumbang banyak sampah plastik yang tidak baik bagi lingkungan, satu lagi kamu juga bisa sakit karena terlalu banyak konsumsi minuman manis dan berpengawet,” tambah ibu lebih tegas.


“Tidak semua bisa dapat satu juta kayak Bang Ade, atau 10.000 kayak Rizki. Mungkin itu memang rezeki mereka, lagipula, pabrik tidak mungkin memberikan hadiah di setiap gelasnya, nanti mereka rugi," usap ibu sambil tersenyum dan mengusap kepala Zaki.


“Oke bu, Zaki paham sekarang, uhuk…uhuk… Besok uang jajannya ditabung saja deh. Lama-lama juga bisa sama kayak yang Bang Ade dapat, uhuk…uhuk…” ucap Zaki sambil senyum dan mengiyakan ucapan Ibu.

Recent Posts

See All

Коментарі


bottom of page