top of page
Writer's pictureceritalanaa

Ambil Secukupnya, Kalau Kurang Bisa Tambah


“Anak-anak, setelah ini kalian istirahat, dan makan siang. Makanan sudah ada di dekat dapur, siapkan alat makan masing-masing dan ambil dengan tertib ya…” Ucap Pak Adi dengan pengeras suara.


Anak-anak mulai berhamburan dari barisannya dan menuju tenda masing-masing. Mereka akan mengambil piring, sendok dan gelas untuk makan siang. Setiap kegiatan perkemahan, makanan disediakan dengan metode perasmanan, jadi mereka bisa menentukan sendiri banyak makanan yang mereka mau makan.


Lauk siang ini adalah ayam goreng lengkuas dan sayur sop. Menu ayam goreng adalah menu yang paling banyak diminta anak-anak. Jadi Bu Sani sebagai koki perkemahan pun membuatkannya sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing.


“Ka, kamu tau gak apa menu siang ini?” tanya Ardi ke Raka.


“Apa? Aku belum lihat, tapi berdasarkan indera penciumanku, baunya enak di,” jawab Raka.


“Hari ini, kita makan ayam goreng sama sayur sop. Ayam gorengnya kelihatan enak banget ka, tadi aku lihat Bu Sani menggorengnya,” lanjut Ardi.


“Kenapa tidak bilang, ayo di kita harus antri lebih dulu, supaya bisa pilih bagian ayamnya,” ajak Raka.


“Oh iya, benar juga, ayo ka,” sahut Ardi. Keduanya pun berlari dengan cepat dan mengambil posisi di paling depan.


Saat sampai dekat meja makanan, Pak Adi menahan keduanya, Pak Adi bilang ada yang ingin disampaikan sebelum mereka mengambil makanan. Jadi, Ardi dan Raka harus menunggu teman-teman lainnya terlebih dahulu.


“Pak ayo pak, saya sudah lapar,” ucap Raka.


“Iya sebentar, sedikit lagi semua kumpul,” jawab Pak Adi.


“Memangnya bapak mau ngomong apa ke teman-teman? Bilang ke saya aja pak, nanti saya sampaikan ke yang lain,” bujuk Raka supaya bisa segera makan.


“Baik-baik, bapak akan bicara sekarang. Anak-anak, bapak semalam lihat banyak yang membuang nasi, katanya sudah terlalu kenyang dan tidak bisa menghabiskan, untuk itu, siang ini bapak mau setiap anak mengambil makanan secukupnya, jangan sampai dibuang dan supaya semua kebagian,” ujar Pak Adi


“Baik paaaaak,” jawab semua serempak, tapi suara Raka yang paling keras.


Setelah memberi pengumuman, Pak Adi pun bergeser dari tempatnya dan membuka meja perasmanan. Sebagai orang pertama di barisan dan sudah kelaparan, Raka mengambil makanan tidak pelan-pelan.


Dia mengambil lima centong nasi, dua potong ayam, satu sendok penuh sambal dan dua centong sayur sop. Piringnya penuh menggunung dengan makanan dan banjir kuah sop. Setiap dia melangkah pun ada saja kuah yang tumpah karena piringnya terlalu penuh.


Supaya tumpahnya tidak semakin banyak, akhirnya dia memilih duduk tidak jauh dari meja perasmanan. Tak lama kemudian Ardi datang dengan makanan berporsi normal.


“Kamu gak salah ka? Itu banyak banget, abangku saja kalau makan tidak sepenuh itu, padahal dia habis lari keliling komplek selama satu jam, kamu yakin akan habis?” tanya Ardi.


“Tenang, pasti aku habiskan,” jawab Raka sembari mengunyah.



Keduanya makan sambil ngobrol soal game baru di perangkat android. Mereka membuat jadwal main bareng setelah pulang dari acara perkemahan Sabtu Minggu.


Namun, karena keasyikan mengobrol, akhirnya makan mereka jadi lama. Nasi yang hangat sudah dingin, ayam goreng pun sudah basah terendam kuah sop. Akhirnya sudah tidak membuat nafsu makan lagi.


“Kenapa ka, kamu kekenyangan?” tanya Ardi.


“Ti tidak, aku bakal habiskan semua,” jawab Raka ragu tapi malu untuk bilang kalau dia kenyang.


Belum saja mereka membuat obrolan lagi, tiba-tiba terdengar suara dari meja perasmanan.

“Yah, lauknya habis, nasinya juga,” ucap Mira.


“Kita minta lagi aja ke Bu Sani, siapa tahu masih ada di dapur,” ajak Dea.


Gak usah de, gak apa-apa, aku masih ada roti dan susu kok, lagipula, itu lihat,” jawab Mira sambil menunjuk ke arah dapur. Ternyata Bu Sani sudah mencuci bersih alat masak, tidak ada sisa makanan yang terlihat.


Mendengar itu Ardi langsung melihat tajam ke arah Raka. Raka bingung dan gugup untuk bilang.


“Mi Mi Mira, kamu mau ayamku? Belum aku makan kok,” ucap Raka menunjukkan ayam keduanya, karena ayam pertama sudah habis ia makan.


Mira pun berjalan ke arah Raka sambil membawa piring. Tapi saat sampai Mira langsung bilang, “Makasih ka, tapi ayamnya buat kamu aja,” ucap Mira.


“Loh kenapa, ini belum aku makan kok, kamu juga kan belum kebagian makan,” kata Raka bingung.


“Aku memang belum kebagian makanan, tapi maaf, aku gak suka pedas, ayam kamu sudah terkena sambal.” Lanjut Mira.


“Bisa aku bersihkan dan pisahkan bagian yang terkena sambalnya,” jawab Raka lagi.


“Hmm, aku juga tidak biasa mencampur lauk dan kuah sayur, jadi gak apa-apa, itu buat kamu aja, lagipula sebentar lagi juga kita bakal pulang, biar aku makan di rumah saja,” pungkas Mira dengan tersenyum.


Ardi yang melihat itu mulai tersenyum kesal sambil terus melihat Raka. “Habiskan, habiskan apa yang kamu ambil,” ucap Ardi.


“Aku sudah tidak kuat lagi, perutku bisa meledak kalau terus diisi nasi dan ayam. Hmmm, kita cari kucing saja, berbagi ke mereka, itu kan hal yang baik.” Ucap Raka kebingungan.


“Tidak, kucing bisa sakit makan-makanan yang sudah dibumbui seperti ini,” kata Ardi.


“La lalu bagaimana?” tanya Raka.


“Bungkus dan bawa pulang.” Jelas Ardi.


“Haaah, mana bisa, nanti tasku basah semua kena kuah, lagipula ayamnya juga nanti jadi tidak enak karena terlalu lama tercampur sayur,” lanjut Raka.


Kan aku sudah berkali-kali bilang, ambil secukupnya, kalau kurang kita bisa nambah. Tadi juga kutanya lagi, memang kamu sanggup menghabiskannya, kamu jawab sanggup, tapi ternyata tidak habis,” ucap Ardi sambil berdiri meninggalkan Raka.


“Iya iya maaf, lain kali aku tidak ambil banyak-banyak deh,” ucap Raka.


“Ambil banyak sebetulnya boleh aja, yang penting dihabiskan. Kalau seperti ini kan jadi terbuang, dan aku jadi gak kebagian,” ucap Mira tiba-tiba dari belakang Raka. Raka pun hanya diam dan malu atas perbuatannya.

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page